Minggu, 12 Agustus 2012

HIDUP UNTUK MAKAN ATAU MAKAN UNTUK HIDUP

Mana yang benar? 

Makan untuk hidup atau hidup untuk makan? 

Mungkin untuk menjaga wibawa atau memang benar-benar pecaya, kebanyakan orang pasti akan mengatakan makan untuk hidup. Kalau aku pribadi, jujur aja philosofi ku pastilah hidup untuk makan. Dan aku benar-benar percaya akan pandangan ini.

Mari kita lihat faktanya.  

  1. Secara bahasa, yang benar adalah hidup untuk makan bukanlah makan untuk hidup. Kata-kata makan untuk hidup secara sintaksis tidak dapat diperdebatkan keabsahannya. Dalam tingkatan frase, kata-kata ‘makan untuk hidup’ telah memenuhi kaidah bahasa yang walaupun tidak memiliki subjek tapi telah memiliki predikat.
    Namun secara semantik, kumpulan kata-kata itu tidak memiliki arti. Karena dalam tatanan semantik, suatu kalimat atau frase harus memiliki pengertian yang memenuhi logika. Sebagai contoh: ‘anak melahirkan ibunya’. Secara sintaksis kata-kata tersebut adalah kalimat diatas memiliki subjek kata ‘anak’, predikat ‘melahirkan’, dan objek kata ‘ibunya’, tapi kalimat diatas tidak memiliki logika bahasa dimana seorang anak tidak mungkin untuk melahirkan ibunya sendiri. Begitu juga dengan kalimat ‘makan untuk hidup’, kalimat ini memiliki pengertian bahwa makan bukanlah pekerjaan yang absolut dimana ada pilihan lain untuk hidup. Sedangkan kita ketahui bahwa tidak ada satupun manusia diatas dunia ini yang mampu untuk bertahan hidup tanpa ada asupan makanan.
  2. Dalam kehidupan nyata, kalimat ‘hidup untuk makan’ juga lebih tepat daripada ‘makan untuk hidup’ walaupun bakalan banyak orang yang menyangkalnya terutama mereka-mereka yang menerapkan’ makan untuk hidup’.
  3. Terinspirasi dari zaman penjajahan, bahwa hakekat "makan untuk hidup" diterapkan oleh kakek buyutnya yang saat itu sangat amat melarat karena semua hasil bumi dikuasai oleh penjajah. sehingga untuk menghibur diri keluarganya maka muncul kalimat, "makanlah seadanya, yang penting kita bisa bertahan hidup." kemudian oleh "farisi" gaya baru diringkas menjadi "Makan untuk hidup".
  4. Dari masa ke masa, jaman ke jaman, manusia selalu berlomba untuk menguasai segala hal yang dapat dikuasai di dunia ini. Jika manusia tidak dapat menguasai suatu hal langsung dari alam atau mampu menciptakan hal untuk memenuhi nafsunya, maka mereka akan berusaha untuk menguasai hal-hal yang telah dikuasai oleh yang lain. Telah banyak manusia yang menjadi korban untuk memenuhi hawa nafsu yang lain dikarenakan keinginannya untuk makan. Karena keinginan manusia untuk makan inilah maka sejarah manusia selalu dipenuhi dengan Kerja keras, semangat mempertahankan hidup untuk anggota keluarganya.
  5. Karena bangsa Eropa lapar dan dapurnya tidak dapat menghasilkan makanan yang cukup dan lambungnya lebih besar daripada yang lain maka mereka berjalan kebenua lain yang memiliki dapur yang menghasilkan makanan-makanan lezat yang melimpah ruah. Jadilah bangsa Eropa selama ratusan tahun menumpang makan kebangsa lain dengan terkadang lupa untuk dibayar dan meninggalkan sampah yang menumpuk.
Jadi sekarang milih yang mana? Pura-pura percaya kalau kita makan untuk hidup atau mau jujur mengakui kalau kita itu hidup untuk makan!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar